
KUPANG,jurnalntt.com || Seorang perempuan berinisial S (67 tahun), warga BTN Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, dinyatakan positif terinfeksi virus Hantavirus setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit dr. Asmir Salatiga, Jawa Tengah.
Kasus ini menjadi sorotan serius bagi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) setelah hasil uji laboratorium dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan (BBLKL) Salatiga menunjukkan bahwa pasien positif mengidap Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) yang disebabkan oleh Hantavirus.
Gejala Awal dan Penanganan Darurat
Pasien berangkat dari Kupang menuju Salatiga pada 8 Mei 2025. Enam hari kemudian, ia mengalami gejala awal berupa tekanan darah tinggi (220 mmHg) dan nyeri tubuh menyeluruh, terutama di betis. Kondisinya memburuk dengan demam tinggi (38,4°C) dan saturasi oksigen menurun hingga 56%, memaksanya dirawat di ICU RS dr. Asmir Salatiga.
Awalnya, dokter menduga infeksi leptospira. Namun, hasil tes serologi leptospirosis negatif, dan pada 23 Mei 2025, PCR mengonfirmasi bahwa pasien positif Hantavirus.
Langkah Cepat Pemerintah dan Investigasi Tikus Positif
Menindaklanjuti temuan ini, Dinas Kesehatan Provinsi NTT bersama tim surveilans dari Kota Kupang dan BBLKL Salatiga langsung melakukan penyelidikan epidemiologis.
Dari hasil investigasi, ditemukan dua ekor tikus positif Hantavirus—satu dari BTN Kolhua dan satu dari Pasar Inpres Naikoten I Kupang.
Selain itu, dua ekor tikus juga dinyatakan positif Leptospira, yang menunjukkan potensi ganda ancaman penyakit zoonosis dari lingkungan setempat.
Warga Diimbau Waspada, Pemkot Lakukan Penyuluhan
Pemerintah mengeluarkan imbauan untuk meningkatkan kewaspadaan dini. Dinas Kesehatan Kota Kupang dan Puskesmas diminta aktif dalam surveilans kasus, penyuluhan masyarakat, pengendalian populasi tikus, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Penyuluhan langsung juga dilakukan oleh petugas dari Puskesmas Sikumana, termasuk pemasangan perangkap tikus di lokasi rawan seperti BTN Kolhua. Langkah lanjutan termasuk pembersihan lingkungan dan edukasi tentang hantavirus telah dilaksanakan sejak awal Juni 2025.
Hantavirus: Penyakit Langka Tapi Mematikan
Hantavirus adalah virus yang ditularkan melalui air liur, urin, atau kotoran tikus. Gejala awal menyerupai flu berat dan bisa berkembang menjadi sindrom gagal ginjal dan paru-paru, dengan potensi kematian tinggi jika tidak ditangani segera.
Hingga berita ini diturunkan, pasien S telah dipulangkan dari rumah sakit pada 24 Mei 2025 dan dalam pemulihan. Namun, otoritas kesehatan terus memantau lingkungan sekitarnya untuk mencegah potensi penyebaran lanjutan.**
