
De Javasche Bank Surabaya(istimewa)
SURABAYA,Jurnalntt.com. ||– Bank Indonesia (BI) merupakan bank sentral Republik Indonesia yang memiliki sejarah panjang sebelum berdiri pada 1 Juli 1953.
Perjalanannya dimulai sejak masa kolonial Belanda dengan berdirinya De Javasche Bank (DJB), yang kemudian bertransformasi menjadi Bank Indonesia setelah melalui berbagai dinamika sejarah bangsa.
Hal ini disampaikan Edukator/Pemandu yang secara khusus memandu rombongan BI NTT bersama awak media Provinsi NTT yang mengikuti Capacity Building hari kedua untuk safari melihat mendengarkan secara langsung Cikal Bakal Bank Sentral di Nusantara. Saat berkunjung ke Museum Bank Indonesia di Surabaya,Jumat (26/9/25).
De Javasche Bank membuka cabang di Surabaya pada 14 September 1829. Pada tahun 1904, bangunan asli yang menempati plot tersebut dibongkar dan dibangun kembali dengan luas 1.000 meter persegi. Bangunan ini dirancang dengan gaya yang mirip dengan kantor pusat De Javasche Bank di Batavia, yaitu arsitektur Neo-Renaissance dan hiasan Jawa.
Bangunan ini kini menjadi Museum Bank Indonesia di Surabaya, yang menyajikan sejarah perbankan dan keuangan Indonesia. Dengan arsitektur yang unik dan bersejarah, museum ini menjadi destinasi wisata yang menarik di Surabaya.
Museum ini memiliki 3 lantai dan menampilkan sejarah sistem perbankan di Indonesia, foto-foto lama Surabaya, dan mata uang kuno. Pameran museum dibagi menjadi 3 ruangan:
Ruangan di Museum:
– Ruang Koleksi Mata Uang Kuno: Ruangan ini sebelumnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan brankas dan digunakan untuk menampilkan mata uang kuno Indonesia.
– Ruang Koleksi Konservasi: Ruangan ini berisi bahan-bahan bangunan yang diganti selama proses konservasi, serta sejarah pembangunan bank.
– Ruang Koleksi Harta Budaya: Ruangan ini menampilkan mesin dan peralatan bank lama.
Museum ini menyajikan sejarah perbankan dan keuangan Indonesia dengan cara yang menarik dan edukatif. Pengunjung dapat melihat koleksi mata uang kuno, mesin bank lama, dan mempelajari sejarah pembangunan bank di Indonesia.
Cikal Bakal Bank Sentral di Nusantara.
Di terangkan awal mula sejarah Bank Indonesia bermula dari abad ke-18, ketika pemerintah kolonial Belanda mendirikan Bank van Courant en Bank van Leening pada 1746. Bank ini bertugas memberikan pinjaman dengan jaminan emas dan perhiasan, serta menjadi penopang perdagangan VOC di Nusantara.
Namun, tonggak penting berdirinya BI baru dimulai pada 1828. Ketika itu didirikan De Javasche Bank (DJB) sebagai bank sirkulasi.
Pemerintah Kerajaan Belanda memberi DJB hak istimewa atau octrooi untuk mencetak dan mengedarkan uang gulden di Hindia Belanda. Keberadaan DJB menjadi fondasi sistem keuangan kolonial dan tercatat sebagai bank sirkulasi pertama di Asia.
Sepanjang abad ke-19 hingga awal abad ke-20, DJB memperluas jaringannya ke berbagai kota penting, seperti Surabaya, Padang, Makassar, Malang, dan Kediri. Keberadaannya sangat erat kaitannya dengan kebijakan tanam paksa dan ekspansi ekonomi kolonial Belanda.
Masa Pendudukan Jepang hingga Kemerdekaan
Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, DJB dilikuidasi dan digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG). Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, terjadi dualisme bank sirkulasi. Belanda melalui NICA menghidupkan kembali DJB, sementara pemerintah Indonesia mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank sirkulasi nasional yang menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI). Kondisi ini menimbulkan peperangan mata uang atau currency war di masyarakat.
Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949 menempatkan DJB sebagai bank sirkulasi Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun, desakan nasionalisasi semakin kuat sebagai bagian dari upaya menegakkan kedaulatan ekonomi.
Pada 1 Juli 1953, pemerintah resmi menasionalisasi DJB melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia. Sejak saat itu, Bank Indonesia berdiri sebagai bank sentral Republik Indonesia, mengambil alih peran DJB dan menjadi otoritas moneter negara.
Bank Indonesia sebagai Agen Pembangunan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 memperkuat peran BI sebagai bank sentral, agen pembangunan, dan pemegang kas negara. Pada masa ini, BI tidak lagi menyalurkan kredit komersial, tetapi tetap mendukung program pembangunan nasional.
Peran BI kemudian semakin diuji ketika krisis moneter Asia melanda pada 1997. Bank Indonesia mengambil langkah darurat seperti penerapan kurs mengambang, penutupan bank bermasalah, dan restrukturisasi perbankan.
Bank Sentral Independen
Reformasi sistem keuangan pasca-krisis melahirkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Melalui undang-undang ini, BI ditetapkan sebagai lembaga negara independen dengan tujuan tunggal menjaga kestabilan nilai rupiah. Status independen ini membuat BI bebas dari campur tangan pemerintah dan pihak lain dalam melaksanakan tugasnya.
Kedudukan independen BI ditegaskan kembali melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009, termasuk memperjelas peran BI sebagai lender of the last resort.
Sementara itu, fungsi pengawasan perbankan dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2011, sehingga BI lebih fokus pada kebijakan moneter, stabilitas sistem pembayaran, dan makroprudensial.
Transformasi terbaru hadir melalui UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) yang memberi mandat baru bagi BI dalam penguatan sektor keuangan nasional.
Visi dan Misi
Saat ini, Bank Indonesia mengusung visi menjadi bank sentral digital terdepan yang berkontribusi nyata terhadap perekonomian nasional. Misinya mencakup menjaga stabilitas rupiah, memelihara sistem pembayaran, mendukung stabilitas keuangan, memperkuat pasar uang, meningkatkan inklusi keuangan, serta mendorong keuangan berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tunggal menjaga stabilitas nilai rupiah, BI menjalankan tiga pilar utama: kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan makroprudensial. Ketiga bidang tugas ini menjadi fondasi BI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sejak resmi berdiri pada 1953, Bank Indonesia telah melalui perjalanan panjang dari masa kolonial, nasionalisasi, krisis moneter, hingga era digital. Dari yang awalnya bernama De Javasche Bank, hingga menjadi lembaga independen, BI terus bertransformasi untuk menjaga stabilitas rupiah sekaligus memperkuat fondasi ekonomi Indonesia.(vir)
