Hadapi Perubahan Iklim, Pemprov NTT Gandeng ICRAF Gelar Pelatihan 

Posted by : jurnalnt March 20, 2024 Tags : BAPELITBANGDA , ICRAF , IKLIM

KUPANG, jurnalntt.com| Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan International Centre for Research in Agroforestry (Icraf) mengadakan pelatihan (lokalatih), di Hotel Harper Kupang, Selasa (19/03/2024).  

Lokalatih ini membahas tentang kajian penilaian kerentanan dan langkah peningkatan ketahanan terhadap perubahan iklim Provinsi Nusa Tenggara Timur. Langkah yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampaknya.

Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT Alfonsus Theodorus mengatakan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pendugaan dan kajian kerentanan perubahan iklim dalam penyusunan perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau.

Menurutnya, hasil kajian tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi dan kebijakan, terutama yang terkait dengan ketahanan pangan serta kemampuan masyarakat menangani persoalan akibat perubahan iklim.

“Kegiatan ini termasuk juga menjadi masukan untuk perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau,” ujar Alfonsus.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 7 Tahun 2018 tentang kajian kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim, diperlukan sebagai salah satu dasar penyusunan kebijakan pemerintah.

Alfonsus berharap sekali kegiatan ini bisa melahirkan banyak hal sehingga lokalatih saat ini bisa diwujudkan dalam konsep-konsep pembangunan ekonomi hijau dan merujuk kepada bagaimana ekonomi biru.

Perubahan iklim, lanjut dia, memang menjadi salah satu isu strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, yang mendukung Visi Indonesia Emas 2045. Hal itu sejalan dengan komitmen dalam Persetujuan Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celsius. Indonesia, menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca serta peningkatan ketahanan masyarakat.

“Termasuk juga menjadi masukan untuk perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau,” ujar Alfonsus.

Ditambahkan Alfonsus Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 7 Tahun 2018 tentang kajian kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim, diperlukan sebagai salah satu dasar penyusunan kebijakan pemerintah

“Saya berharap sekali kegiatan ini bisa melahirkan banyak hal sehingga lokalatih saat ini bisa diwujudkan dalam konsep-konsep pembangunan ekonomi hijau dan merujuk kepada bagaimana ekonomi biru.

Dalam melaksanakan lokalatih kajian kerentanan perubahan iklim ini, Bappelitbangda didukung oleh Proyek Sustainable Landscapes for Climate-Resilient Livelihoods in Indonesia (Land4Lives) yang dijalankan Icraf dan Global Affair Canada.

Sementara itu Pemateri dari Icraf Agra Pandiwijaya antisipasi dampak perubahan iklim perlu dilakukan untuk mengurangi kerentanan masyarakat yang memiliki kehidupan terbatas. Petani dan masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan rentan terhadap perubahan iklim.

“Mereka butuh sistim penyangga dan kapasitas adaptif yang memadai untuk mempertahankan sumber penghidupannya jika berada pada kondisi jika ada kejadian luar biasa terkait perubahan iklim petani dan masyarakat pedesaan rentan terhadap resiko perubahan iklim,” kata Agra

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan ICRAF telah mulai menyusun kajian kerentanan perubahan iklim dan langkah- langkah dalam meningkatkan ketahanan penghidupan terhadap dampak perubahan iklim yang dilaksanakan lokalatih 1 pada bulan November 2023.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan lokalatih tersebut Pemprov NTT dan ICRAF melakukan lokalatih II untuk merumus,strategi dan langkah untuk merespon kerentanan perubahan iklim.

Icraf telah melakukan kajian awal dengan mengidentifikasi berbagai jenis kerentanan yang memengaruhi mata pencaharian berbasis pertanian di tingkat provinsi beserta potensi untuk adaptasinya.

Agra berharap kegiatan lokalatih ini dapat menghasilkan kesamaan persepsi dan pemahaman dengan berbagai pemangku kepentingan di Provinsi NTT.

“Hal ini juga kita lakukan sebagai upaya untuk menyusun strategi dan langkah-langkah bersama dalam merespons perubahan iklim yang telah kita hadapi bersama,” ungkapnya.

Kegiatan yang dilaksanakan bersama Bappelitbangda juga diharapkan dapat memperkuat posisi masyarakat sehingga lebih berdaya dalam menghadapi perubahan iklim serta berbagai akibatnya. Penanganan Perubahan Iklim Arga menjelaskan, kerentanan masyarakat pedesaan diperparah oleh degradasi lingkungan yang terus berlanjut di Indonesia. Saat ini, sekitar 50-60 juta warga Indonesia bergantung pada ekosistem alami untuk mata pencaharian dan ketahanan pangan mereka.

Perubahan iklim juga diproyeksikan memengaruhi produktivitas pertanian, yang akan berdampak serius pada para petani kecil yang bergantung pada tanaman subsisten dan komersial,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, tujuan proyek Land4Lives adalah memperkuat kapasitas komunitas rentan, termasuk di dalamnya perempuan dan anak-anak perempuan, untuk melakukan upaya mitigasi, meningkatkan ketahanan, sekaligus beradaptasi dengan dampak buruk dari perubahan iklim, melalui partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan lingkungan dan komunitas. Melalui implementasi Land4Lives, diharapkan akan tercipta peningkatan kualitas penghidupan, ketahanan pangan, mata pencaharian dan ekonomi lokal yang tahan perubahan iklim, terutama bagi kelompok rentan, termasuk di dalamnya perempuan dan anak perempuan di Indonesia.(Vir)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RELATED POSTS
FOLLOW US