ENDE, jurnalntt.com| Riski Ramadhan Doa Rede, siswa kelas VI Sekolah Dasar Inpres Wolowaru 5, sukses meraih Juara 2 kategori Puisi tingkat SD.
Prestasi tersebut diraih pada Festival Budaya bertajuk “Tunas Bahasa Ibu” yang diselenggarakan oleh i Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas PK) Kabupaten Ende.
Kegiatan yang diikuti oleh ratusan siswa tingkat SD dan SMP tersebut dilaksanakan di Museum Tenun Ikat, Kamis (24/10/2024) itu, juga belat kerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dalam hal ini Kantor Bahasa Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala sekolah SD Inpres Wolowaru 5, Hasnah Wati, S.Pd, mengapresiasi kegiatan edukatif yang digelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudyaan Kabupaten Ende.
“Kegiatan Festival ini sangat edukatif. Lewat pelestarian dan pengembangan bahasa ibu (bahasa Ende, Lio, dan Nage), para guru utama SD dan SMP yang telah dilatih, dapat melakukan pengimbasan kepada para guru dan peserta didik di Kabupaten Ende,” kata Hasnah Wati.
Ibu Hasnah Wati berharap, kegiatan ini dapat melestarikan bahasa Ibu, khususnya bahasa Ende, Lio dan Nage bagi para peserta didik dan generasi muda agar semakin mencintai nilai-nilai budaya di tengah arus modern.
“Kegiatan ini penting karena dapat memupuk cinta dan rasa bangga terhadap bahasa ibu serta membangkitkan kembali kesadaran peserta didik untuk mencintai bahasa ibu; bahasa Ende, Lio dan Nage di Kabupaten Ende,” harapnya.
Bangga
Sementara itu, Ibu Veonika Sele, S.Pd selaku Guru Pengasuh, mengaku bangga dan bahagia karena kegiatan Festival tersebut dapat membuka ruang ekspresi bagi peserta didik dalam mengembangkan bakat dan potensi diri mereka.
Ibu Verni merasa bangga dengan anak asuhnya yang bisa tampil dengan penuh percaya diri dan bisa mengharumkan nama Sekolah SD Inpres Wolowaru 5.
“Riski tampil sngat percaya diri dan membawakan Puisi dengan sangat baik dan penuh penjiwaan. Kami sangat bangga dengan dengan apa yang diraihnya, juara 2 dari 31 peserta tingkat SD dalam festival ini,” ungkap Ibu Verni bangga.
Ibu Verni menambahkan, Riski yang adalah putra dari Bapak Arif Rahman dan Ibu Nurmin itu memiliki bakat sastra jika terus diasah dan dikembangkan ke depan.
“Anak-anak punya potensi dan bakat jika terus diasah dan diberi ruang ekspresi seperti ini. Semoga kegiatan edukatif ini bisa terselenggara setiap tahun di tingkat kabupaten sehingga mental anak-anak bisa terus diasah,” harap Ibu Verni.
Diketahui, kegiatan Festival Budaya ini diikuti oleh 31 SD dengan jumlah peserta sebanyak 212 orang, dan 24 SMP dengan peserta sebanyak 294 orang.
Adapun jenis kegiatan festival budaya “Tunas Bahasa Ibu” ini antara lain puisi SD dan SMP, stand up comedy SD dan SMP, pidato SD dan SMP, cerita rakyat SD dan SMP, dan tembang tradisi SD dan SMP.
Merawat dan Melestarikan Kekayaan Budaya
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Mathildis Mensi Tiwe, S.Pd., M.Si.Akt menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sebagai upaya pelestarian budaya “tunas bahasa ibu” budaya dan adat istiadat Ende, Lio, dan Nage, khususnya dalam bidang bahasa.
Kadis Mensi menyebut, kegiatan itu penting, mengingat generasi muda Ende, Lio, dan Nage merupakan penerus masa depan, namun justru lebih tergiur pada budaya modern yang membuat mereka lupa bahkan meninggalkan budaya daerah warisan nenek moyang mereka sendiri.
“Padahal, di dalam budaya dan adat istiadat Ende, Lio, dan Nage terkandung sejuta makna serta mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa dijadikan sebagai landasan dalam kehidupan sosial,” ungkapnya.
Kadis Mensi yang konsen terhadap pembangunan SDM melalui pendidikan ini menekankan, kegiatan ini juga sebagai upaya tercapainya visi daerah, yakin mewujudkan karakteristik Kabupaten Ende dengan membangun dari desa dan kelurahan menuju masyarakat yang mandiri, sejahtera, dan berkeadilan.
“Salah satu misi yakni mewujudkan penguatan nilai budaya Ende, Lio, dan Nage menuju masyarakat berkarakter,” ungkapnya.
Karena itu, lanjut Kadis Mensi, ke depan pihaknya terus berkolaborasi dan bekerja sama untuk mengembangkan nilai budaya etnis Ende, Lio dan Nage yang menjadi pegangan bersama dalam menciptakan kehidupan yang harmonis, damai, dan kondusif di tengah masyarakat Ende, Lio, dan Nage.
“Kita berharap, semua pihak dapat bersama-sama menjaga daerah ini dan merawat budaya dan adat istiadat Ende, Lio, dan Nage agar tetap teguh sampai ke anak cucu dan generasi selanjutnya,” harapnya.(GM)