KUPANG,jurnalntt.com. || Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator penting untuk mengukur kesejahteraan petani di Indonesia. NTP September 2025 dihitung berdasarkan tahun dasar 2018 dengan nilai 100 sebagai acuan. Penghitungan NTP ini mencakup 5 subsektor utama yaitu:
– Padi & Palawija: Sektor ini mencakup produksi padi, jagung, dan tanaman palawija lainnya.
– Hortikultura: Sektor ini mencakup produksi sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
– Tanaman Perkebunan Rakyat: Sektor ini mencakup produksi tanaman perkebunan seperti karet, kopi, dan coklat.
– Peternakan: Sektor ini mencakup produksi ternak seperti sapi, kambing, dan ayam.
– Perikanan: Sektor ini mencakup produksi perikanan laut dan darat.
Dengan menggunakan tahun dasar 2018, NTP dapat memberikan gambaran tentang perubahan harga dan kesejahteraan petani relatif terhadap tahun tersebut. NTP yang lebih tinggi menunjukkan bahwa petani memiliki kemampuan membeli barang dan jasa yang lebih baik, sedangkan NTP yang lebih rendah menunjukkan kemampuan membeli yang menurun.
Hal ini disampaikan kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur Matamira.B. Kale melalui release yang diterima media ini Rabu,1/10/2025.
Menurut Matamira, Pada Bulan September 2025, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 101,73 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 102,60 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P), 94,68 untuk subsektor hortikultura (NTP-H); 100,30 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 105,37 untuk subsektor peternakan (NTP-Pt) dan 95,07 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi).
“Terjadi penurunan sebesar 0,20 persen pada Bulan September 2025 jika dibandingkan dengan NTP Agustus 2025. Perubahan ini disebabkan oleh perkembangan indeks harga terima yang lebih lambat dibandingkan harga bayar.
Di daerah perdesaan terjadi inflasi sebesar 0,01 persen,” pungkas Matamira.(vir)
