KUPANG,jurnalntt.com| Dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi Sedunia tanggal 9 Desember 2024, Indonesia Corruption Watch (ICW) dengan dukungan USAID Integritas berkolaborasi dengan LBH Apik, Robi (vokalis Navicula), dan tiga musisi asal Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar kampanye antikorupsi melalui media musik.
Hal ini disampaikan Koordinator Divisi Penggalangan Dukungan Publik ICW, Sigit Wijaya pada Kegiatan konferensi pers yang berlangsung di Royal Caffe Kamis 12/12/2024.
Tiga musisi asal NTT adalah Hip Hop Lembata Foundation( HLF),Leis Plang dan Marapu dipilih karena mewakili tiga genre musik hip-hop, musik tradisi dan reggae yang berkembang dan dikenal luas di NTT.
Menurut Sigit Wijaya, Ketiga musisi tersebut telah melakukan serangkaian kegiatan kolaborasi bersama ICW sejak bulan Juli 2024 dan rangkaian kolaborasi ini akan ditutup dengan peluncuran album antikorupsi Artcollabs:Frekuensi Perangkap Tikus” Menenun Suara Timur” yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu,14 Desember 2025 di Auditorium Universitas Nusa Cendana Kupang NTT.
Kolaborasi ini juga melibatkan Robi lead vokal Navicula Band. Yang punya latar belakang pengalaman sebagai musisi yang konsisten mengangkat isu kemanusiaan, kerusakan lingkungan dan korupsi.Navicula sendiri pernah terlibat dalam album frekuensi Perangkap Tikus volume 1 yang juga digarap oleh ICW.
Sebelum kegiatan peluncuran dilakukan ICW akan mengadakan beberapa rangkaian kegiatan seperti pembagian album di beberapa titik yang menjadi pusat keramaian di Kota Kupang, promosi melalui siniar dan media,deklarasi antikorupsi bersama Inspektorat serta diskusi bersama komunitas.
“ICW ingin membuat peluncuran album ini menjadi kegiatan milik semua warga,Keterlibatan organisasi dan komunitas orang muda lokal menjadi penting untuk dapat memastikan pesan antikorupsi ke semua orang di Provinsi NTT,” ungkap Sigit Wijaya.
Album “ Menenun Suara Timur” akan berisi lagu- lagu yang menceritakan soal permasalahan warga dan praktik- praktik koruptif yang terjadi di lima wilayah yaitu: Kota Kupang,Kabupaten Manggarai,Kabupaten Nagekeo,Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
ICW bersama LBH Apik dan para musisi mengadakan residensi di lima wilayah tersebut, di mana para musisi berdiskusi dan menyelami secara langsung berbagai permasalahan, terutama praktik korupsi yang dialami oleh warga.
Pengalaman dan cerita yang diperoleh selama residensi ini kemudian diolah menjadi lagu-lagu antikorupsi yang digunakan sebagai medium kampanye dan advokasi.
Sigit Wijaya menambahkan, budaya bermusik yang kuat di NTT menjadi alasan ICW memilih provinsi NTT ini untuk mengadakan kolaborasi seni.
“Musik adalah media yang sangat efektif untuk kampanye dan pendidikan antikorupsi. Sepanjang sejarah, pesan-pesan kritis melalui musik telah menjadi bagian dari perjuangan melawan ketidakadilan,” ungkap Sigit Wijaya.
Peluncuran album” Menenun Suara Timur” menjadi agenda penting dalam peringatan Hari Antikorupsi Internasional yang jatuh tanggal 9 Desember.
“Harapan kami, album ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus menggalang dukungan untuk gerakan antikorupsi. Di tengah situasi pemberantasan korupsi yang kurang menggembirakan, peran dan kekuatan publik menjadi krusial dalam menjalankan fungsi kontrol. Melalui seni, musik, dan pendekatan lokal, kami berharap pesan antikorupsi dapat diterima semua kalangan,” tutup Sigit.(Vir)